Untuk lebih mengenal Dewan Dakwah
Walisongo ini, saya sajikan sejarahnya yang terdapat dalam salah satu buku
Kisah Walisongo. Dan kali ini saya sajikan Kisah Walisongo yang ditulis oleh:
Abu Khalid, MA. Untuk kisah dan pengalaman masing-masing wali yang dikenal
masyarakat luas akan saya sajikan terpisah. Dalam kisah dan pengalaman
Walisongo yang ditulis oleh para sejarahwan itu melukiskan berbagai karomah
yang diberikan Allah swt kepada mereka. Bagi sebagian orang -jangankan karomah-
mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi-nabiNYA terkadang dianggap
sebagai cerita bohong belaka, walaupun telah jelas tertulis dalam kitab
suciNYA. Oleh karena itu, membaca kisah Walisongo dengan berbagai karomahnya
tentu bukan hal yang paling utama untuk diambil sebagai pelajaran. Menurut
hemat saya, mengenali semangat, upaya, keikhlasan, serta ketaatannya kepada Sang
Khalik dalam menyebarkan ajaranNYA itulah yang lebih penting untuk kita ketahui
dan teladani.
Seperti yang tertulis dalam buku Kisah
Walisongo tersebut, umumnya kita mengenal Walisongo hanyalah sembilan orang
yaitu: Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri,
Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan GunungJati
Seperti tersebut dalam Kitab Kanzul
Ulul Ibnul Bathuthah yang penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al
Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga kali, yaitu:
Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti
yang wafat.
Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti
yang wafat dan pergi.
Menurut KH Dachlan Abd. Qohar, pada
tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal.
Diantaranya adalah perkara Syekh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu
Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua
orang wali menjadi anggota Walisongo.
1. Walisongo Periode Pertama
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah
kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang
dari Gujarat. Dari mereka Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada
dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang
beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin
dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.
Sang Sultan kemudian mengirim surat
kepada pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah. Isinya meminta para
ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka terkumpullah
sembilan ulama berilmu tinggi serta memiliki karomah.
Pada tahun 808 Hijrah atau 1404 Masehi
para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, berasal dari
Turki ahli mengatur negara. Berdakwah di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik
pada tahun 1419 M. Makamnya terletak satu kilometer dari sebelah utara pabrik
Semen Gresik.
Maulana Ishak berasal dari Samarqand
(dekat Bukhara-Rusia Selatan). Beliau ahli pengobatan. Setelah tugasnya di Jawa
selesai Maulana Ishak pindah ke Pasai dan wafat di sana.
Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal
dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto
Jawa Timur.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal
dari Maghrib (Maroko), beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya
di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Maulana Malik Isroil berasal dari
Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal
dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Hasanuddin berasal dari
Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping
masjid Banten Lama.
Maulana Alayuddin berasal dari
Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping
masjid Banten Lama.
Syekh Subakir, berasal dari Persia,
ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang
menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah yang telah
netral dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah
Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di
sana. Salah seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah
utara Pemandian Blitar, Jawa Timur. Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa
sajadah yang terbuat dari batu kuno.
2. Walisongo Periode Kedua
Pada periode kedua ini masuklah tiga
orang wali menggantikan tiga wali yang wafat. Ketiganya adalah:
Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke
Jawa pada tahun 1421 M menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M.
Raden Ahmad berasal dari Cempa, Muangthai Selatan (Thailand Selatan).
Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari
Palestina, datang di Jawa tahun 1436 menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada
tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
Syarif Hidayatullah, berasal dari
Palestina. Datang di Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar
yang wafat tahun 1435 M. Sidang walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel
Surabaya.
Para wali kemudian membagi tugas. Sunan
Ampel, Maulana Ishaq dan Maulana Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan
Kudus, Syekh Subakir dan Maulana Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif
Hidayatullah, Maulana Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan
adanya pembagian tugas ini maka masing-masing wali telah mempunyai wilayah
dakwah sendiri-sendiri, mereka bertugas sesuai keahlian masing-masing.
3. Walisongo Periode Ketiga
Pada tahun 1463 M. Masuklah empat wali
menjadi anggota Walisongo yaitu:
Raden Paku atau Syekh Maulana Ainul
Yaqin kelahiran Blambangan Jawa Timur. Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan
putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi Sekardadu atau Dewi Kasiyan. Raden Paku
ini menggantikan kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri Pasai. Karena
Raden Paku tinggal di Giri maka beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan
Giri. Makamnya terletak di Gresik Jawa Timur.
Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran
Tuban Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di
Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan
Bonang, lahir di Ampel Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel, Sunan Bonang
menggantikan kedudukan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462. Sidang
Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya.
4. Walisongo Periode Keempat
Pada tahun 1466 diangkat dua wali
menggantikan dua yang telah wafat yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana
Muhammad Maghrobi. Dua wali yang menggantikannya ialah:
Raden atau Raden Fattah (Raden Patah)
Raden Patah adalah murid Sunan Ampel,
beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati
Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan
dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468.
Fathullah Khan, putra Sunan Gunungjati,
beliau dipilih sebagai anggota Walisongo menggantikan ayahnya yang telah
berusia lanjut.
5. Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan bahwa dalam periode
ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar Said-putra Sunan Kalijaga menggantikan
wali yang wafat.
Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah
Abang itu adalah salah satu anggota Walisongo, namun karena Siti Jenar di
kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan
mengabaikan syariat agama maka Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedudukan
Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat – bekas Adipati Semarang (Ki
Pandanarang) yang telah menjadi murid Sunan Kalijaga.
Selanjutnya, kisah, legenda atau
riwayat masing-masing wali yang dikenal masyarakat secara umum akan disajikan
pada halaman terpisah. Adapun Wali yang dikenal masyarakat secara luas sebagai
WALISONGO adalah:
Silahkan Kunjungi Link di bawah ini :
Silahkan Kunjungi Link di bawah ini :
- Syekh Maulana Malik Ibrahim
- Sunan Ampel
- Sunan Bonang
- Sunan Giri
- Sunan Drajad
- Sunan Muria
- Sunan Kudus
- Sunan Kalijaga
- Sunan Gunungjati
Para peziarah Walisongo, biasanya
mendatangi makam sembilan wali tersebut. Jika ziarah itu ingin lebih lengkap
maka pemimpin ziarah (yang mengerti sejarah Walisongo) akan menziarahi pula
Walisongo periode pertama hingga periode keempat, termasuk guru-guru atau orang
tua dari para wali periode kelima. Misalnya, seseorang dari Surabaya yang telah
berziarah ke makam Sunan Drajad, ia pasti akan menyempatkan diri berziarah ke
makam Syekh Maulana Malik Ibrahim Asmarakandi di Gresikharjo, beliau adalah
kakek Sunan Drajad dan ayah dari Raden Rahmat Sunan Ampel.
Itulah sejarah singkat Walisongo,
semoga dapat menambah pengetahuan anda semua. Amin!
Ringkasan Silsilah dari Rasulullah sampai
Walisongo
RASULULLAH MUHAMMAD SAW
|
IMAM ‘ALI AL-MURTADHA BIN ABU THALIB
|
IMAM HUSEIN AS-SAYYID BIN IMAM ‘ALI
AL-MURTADHA BIN ABU THALIB
|
IMAM ‘ALI ZAINAL ABIDIN bin IMAM HUSEIN
AS-SAYYID
|
IMAM MUHAMMAD AL BAQIR bin IMAM ‘ALI
ZAINAL ABIDIN
|
IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ bin IMAM
MUHAMMAD AL BAQIR
|
‘ALI AR-URAIDHI bin IMAM JA’FAR
ASH-SHADIQ (Leluhur Jamaludin Husein Al-Akbar)
|
JAMALUDIN HUSEIN AL-AKBAR (LELUHUR WALI
SONGO)
|
WALISONGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar